Thursday, August 28, 2014

Cerita Sekx Tante Cindy Bersama Teman Saya | Galaupoker Agent Judi Poker And Domino Online Terpercaya.


Cerita Tentang Pengalaman Seks Teman Saya Dengan Tante

Pada Cerita sex ini bercerita tentang pengalaman temanku yang berhasil menikmati tubuh seorang tante girang bernama Cindy. Silakan dibaca cerita dewasa tante girang selengkapnya dibawah ini.

Sejak setelah menikah, ibu tinggal di rumah kecil kami beberapa bulan sambil menunggu bangunan rumah baru mereka selesai. lagi-lagi rumah baru mereka tidak jauh dari bengkel ayah. Ayah menolak tinggal di rumah tante Anggi karena alasan pribadi ayah. Setelah banyak prosess yang dilakukan antar ayah dan ibu, akhirnya bengkel tempat ayah bekerja. kini menjadi milik ayah dan ibu sepenunya.

Ayah pernah memohon kepada ibu agar dia ingin tetap dapat bekerja di bengkel, dan terang saja bengkel itu langsung di beri ibu putuskan untuk di beli saja. maklum ibu adalah 'business-minded person' aku makin sayang dengan ibu, karena pada akhirnya cita-cita ayah untuk memiliki bengkel sendiri terkabulkan.kini bengkel ayah makin besar setelah ibu ikut peran besar di bengkel. banyak renovasi yang mereka lakukan yang membuat bengkel ayah tampak lebih menarik.

pelanggan ayah makin bertambah, dan kali ini banyak dari kalangan orang-orang kaya. Ayah tidak memecat pegawai-pegawai lama di sana, malah menaikkan gaji mereka dan memperlakukan mereka seperti saat dia di perlakukan oleh pemilik bengkel yang lama.

kehidupan dan gaya hidupku & ayah benar-benar berubah 180 derajat. kini ayah sering melancong ke luar negeri bersama ibu, dan aku sering ditinggal di rumah sendiri dengan pembantu. alasan aku tinggal mereka karena aku masih harus sekolah.

ibu sering mengundang teman-teman lamanya bermain di rumah. salah satu temannya bernama tante CINDY. tante cindy saat itu hanya 15 tahun lebih tua dariku. semestinya dia pantas aku panggil kakak daripada tante, karena wajahnya yang masih terlihat  seperti orang berymyr 20 tahunan tante cindy adalah pelanggan tetap salon kecantikan ibu, dan kemudian menjadi teman baik ibu,

Wajah tante Cindy tergolong cantik dengan kulitnya yang putih bersih. Dadanya tidak begitu besar. tapi pinggulnya indah bukan main. Maklum anak orang kaya yang suka datang ke salon kecantikan. Tante Cindy sering main ke rumah dan kadang kala ngobrol atau gosip dengan ibu berjam-jam Tidak jarang tante Cindy keluar bersama kami sekeluarga untuk nonton bioskop. window shopping atau ngafe di mall.

Aku pernah sempat bertanya tentang kehidupan pribadi tante Cindy. ibu bercerita bahwa tante cindy itu bukanlah janda cerai atau janda apalah. tapi tante cindy sempat ingin menikah, tapi ternyata pihak dari lelaki memutuskan untuk mengakhiri pernikahan itu. alasan nya tidak di jelaskan oleh ibu, karena mungkin aku masih terlalu muda untuk mengerti hal hal seperti itu.

pada suatu hari Ayah dan ibu lagi lagi pergi dari rumah. tapi kali ini mereka tidak ke luar negeri tapi hanya melancong ke kota Bandung saja selama akhir pekan. lagi lagi hanya aku dan pembantu saja yang di tinggal di rumah. saat itu aku ingin sekali kabur dari rumah, dan menginap di rumah teman. tiba tiba bel rumah berbunyi dan waktuitu masih jam 5.00 sore di hari sabtu. Ayah dan ibu baru 1/2 jam yang lalu berangkat ke bandung. aku pikir mereka kembali ke rumah mengambil barang yang ketinggalan.

sewaktu pintu rumah di buka oleh pembantu, suara tante Cindy menyapanya. aku hanya duduk bermalas-malasan di sofa ruang tamu sambil nonton TV. tiba-tiba aku disapanya.

''Bernas kok ngga ikut papa mama ke Bandung ?'' Tanya Tante Cindy
''Kalo ke Bandung sih Bernas malas, tante. kalo ke singapore Bernas mau ikut.'' jawabku santai.
''Yah kapan-kapan aja ikut tante ke singapore. Tante ada apartment di sana'' Tungkas tante Cindy.
aku pun hanya menjawab apa adanya'' Ok deh. Ntar kita pigi rame-rame aja. Tante ada perlu apa dengan mama? Nyusul aja ke Bandung kalo penting''
''Kagak ada sih. Tante cuman pengen ajak mamamu makan aja. Yah sekarang tante bakalan makan sendirian nih. Bernas  mau ngga temenin tante ?''
''Emang tante mau makan di mana?''
''Tante sih mikir Pizza Hut''
''Males ah ogut kalo Pizza Hut''
''Trus Bernas Maunya Makan apa ?''
''Makan di Muara Karang aja tante. di sono kan banyak pilihan, ntar kita pilih aja yang kita mau.''
''oke deh. Mau cabut jam berapa?''
''Entaran aja tante. Bernas masih belum laper. Jam 7 aja brangkat nya. Tante Duduk aja dulu.''

kami berdua nonton bersebelahan di sofa yang empuk. sore itu tante cindy mengenakan baju yang lumayan sexy. Dia memakai rok ketat sampai 10cm di atas lutut, dan atasanya memakai baju bewarna Biru langit tanpa lengan dengan bagian dada atas terbuka ( kira-kira antara 12 sampai 15cm kebawah dari pangkal lehernya ). Kaki tante Cindy Putih Mulus, tanpa ada bulu kaki 1 helai pun. Mungkin karena dia rajin bersalon ria di salon ibu. paling tidak 1 minggu 3 kali.bagian atas nya juga putih mulus. Kami juga kadang-kadang ngobrol santai, kebanyakan tante cindy suka bertanya tentang kehidupan sekolahku sampai menanyakan tentang kehidupan cintaku di sekolah. aku mengatakan kepada tante cindy bahwa aku saat itu masih belum mau terikat dengan maslah percintaan jaman SMA. Kalo naksir sih ada, cuma aku tidak sampai menganggap
terlalu serius.


“Bernas kok ngga ikut papa mama ke Bandung?” tanya tante Ani.
“Kalo ke Bandung sih Bernas malas, tante. Kalo ke Singapore Bernas mau ikut.” jawabku santai.
“Yah kapan-kapan aja ikut tante ke Singapore. Tante ada apartment di sana” tungkas tante Ani.
Aku pun hanya menjawab apa adanya “Ok deh. Ntar kita pigi rame-rame aja. Tante ada perlu apa dengan mama? Nyusul aja ke Bandung kalo penting.”.
“Kagak ada sih. Tante cuman pengen ajak mamamu makan aja. Yah sekarang tante bakalan makan sendirian nih. Bernas mau ngga temenin tante?”.
“Emang tante mau makan di mana?”
“Tante sih mikir Pizza Hut.”
“Males ah ogut kalo Pizza Hut.”
“Trus Bernas maunya pengen makan apa?”
“Makan di Muara Karang aja tante. Di sono kan banyak pilihan, ntar kita pilih aja yang kita mau.”
“Oke deh. Mau cabut jam berapa?”
“Entaran aja tante. Bernas masih belon laper. Jam 7 aja berangkat. Tante duduk aja dulu.” - See more at: http://seputar-hot.blogspot.com/2013/03/cerita-sex-dewasa-paling-hot-tanteku.html#sthash.xo0AbBfz.dpuf


Semakin lama kami berbincang-bincang, tubuh tante Cindy semakin mendekat ke arahku. Bau parfum Chanel yang dia pakai mulai tercium jelas di hidungku. Tapi aku tidak mempunyai pikiran apa-apa saat itu.

Tiba-tiba tante Cindy berkata ''Bernas kamu suka dikitik-kitik ngga kupingnya?''.
''Huh?Mana enak ?'' tanyaku
''Mau tante kitik kuping Bernas?'' tante cindy menawarkan/
''Hmmm...Boleh aja. Mau pakae Cuttonbud?'' tanyaku sekali lagi
''Ga usah, pake bulu kemucing itu aja'' tundas Tante Cindy.
''idih jorok ni tante. itu kan kotor. Abis buat bersih-bersih ama mbak.''jawabku sponton.
''Alahh sok bersihan kamu Bernas. kan cuman ambil 1 helai bulunya aja. Lagian kamu masih belum mandi kan ? Jorok mana hayo!'' Tangkas Tante Cindy
''Percaya tante deh, kamu pasti demen. Sini baring kepalanya di paha tante.''lanjutnya

Seperti sapi dicucuk hidungnya, aku menurut saja dengan tingkah polah tante cindy. ternyata memang benar adanya. telinga dikitik-kitik dengan bulu kemucing benar-benar enak tiada tara. Baru kali itu aku merasakan enaknya, serasa nyaman dan pengen tidur aja jadinya. Dan memang benar, aku jadi tertidur sampe jam sudah menunjukan pukul 7 lewat suara lembut membisikkan telingaku.

''Bernas, bangun yuk Tante Da lapar nih.'' kata tante.
''Erghhhmmm... jam berapa sekarang tante.'' tanyaku dengan mata yang masih setengah terbuka.
''udah jam 7 lewat Bernas. Ayo bangun, tante dah laper. Kamu dari tadi asyik tidur tinggalin tante.
Kalo dah enak jadi lupa orang kamu yah.'' kata tante sambil mengelus lembut rambutku
''Masih ngantuk ni tante.. makan di rumah aja yah? Suruh mbak masak atau beli mie ayam di dekat sini.''
''Ahh ogah. tante pengen jalan jalan juga kok. Bosan dari tadi bengong di sini.''
''Oke oke, kasih Bernas Lima menit lagi de tante.'' Mintaku
''Kagak boleh. Tante dah laper banget, mau pingsan dah.

Sambil malas-malasan aku bangun dari sofa. kulihat tante Cindy sedang membernarkan posisi roknya kembali. alamak gaya tidurku kok jelek sekali sih sampe sampe rok tante cindy tersingkap tinggi bangget. berarti dari tadi aku tertidur di atas paha mulus tante cindy, begitulah aku berpikir ada rasa senang juga di dalam hati.

Setelah mencuci muka, ganti pakaian, kita berdua berpamitan kepada pembantu rumah kalau kita akan makan keluar. aku berpesan kepada pembantu agar jangan menunggu aku pulang, karena aku yakiun kita pasti bakal lama. jadi aku membawa kunci rumah, untuk berjaga-jaga apabila pembantu rumah sudah tertidur.

''Nih kamu yang setir mobil tante dong.''
''Ogah ah, Bernas cuman mau setir Baby Benz tante. Kalo yang ini males ah'' Candaku. Waktu itu tante Cindy membawa sedan Honda, Bukan Mercedez nya
''Belagu banget kamu.Kalo ga mau setir ini,bawa itu Benz-nya mama.'' Balas tante cindy
''No way ... Bisa di Gantung ogut ama papa mama.'' Jawabku
''Iya udah kalo gitu setir ini dong.'' jawab tante cindy sambil tertawa.

Mobil melaju menyusuri jalan-jalan Kota jakarta. Tante Cindy seperti bebek saja. ngga pernah stop pembicaraannya and gosipin teman-temannya. aku jenuh banget yang mendengar. dari yang cerita pacar teman-temannya lah, sampe ke mantan tunanggannya. sesampai di daerah Muara Karang,
aku memutuskan untuk makan bakmi bebeknya yang tersohor di sana. Untung tante Cindy tidak protes dengan pilihan saya, mungkin karena sudah terlalu lapar dia.

Setelah makan, kita mampir ke tempat main bowling. Abis main bowling tante cindy mengajakku mampir ke rumahnya. Tante Cindy tinggal sendiri di apartement di kawasan Taman Anggrek. Dia memutuskan untuk tinggal sendiri karena alasan pribadi juga. Ayah dan ibu tante Cindy sendiri tinggal di bogor. Saat itu aku tidak tau apa pekerjaan sehari hari tante Cindy, yang tante Cindy tidak pernah merasa kekuranggan materi

Apartemen tante Cindy lumayan bagus dengan tata interior yang classic. Di sana tidak ada siapa siapa yang tinggal di sana selain tante Cindy. jadi aku bisa maklum apabila tante cindy sering keluar rumah. pasti jenuh apabila tinggal sendiri di apartemen.

''Anggap rumah sendiri Bernas. Jangan malu-malu. kalau mau minum ambil aja sendiri yah''
''Kalo begitu, Bernas mau yang ini.'' Sambil menunjuk botol Hennessy V.S.O.P yang masih  disegel.
''Kagak boleh, masih di bawa umur kamu.'' cegah tante Cindy
''Tapi Bernas dah umur 17 tahun. Mestinya ngga masalah'' jawabku dengan bermaksud membela diri.
''Kalo kamu memaksa yah uda. tapi jangan buka yang baru. tante punya yang sudah di buka botolnya.''

Tiba-tiba suara tante cindy hilang di balik master bedroomnya. Aku menganalisa ruangan
sekitarnya. banyak lukisan-lukisan dari dalam dan luar negeri terpampang di dinding. Lukisan dalam negerinya banyak yang bergambarkan wajah-wajah cantik gadis-gadis Bali. Lukisan yang berbobot tinggi,
dan aku yakin pasti bukan barang yang murahan.

''itu tante beli dari seniman lokal waktu tante ke Bali tahun lalu'' kata tante  Cindy memecahkan suasana hening sebelumnya
"Bagus tante. High Taste banget. Pasti mahal yah?!'' jawabku kagum.
''Ngga juga sih. Tapi tante tidak pernah menawar harga dengan seniman itu, karena seni itu mahal.
Kalo tante tidak cocok dengan harga yang dia tawarkan, tante pergi saja.''

Aku masih menyibulkkan diri mengamati lukisan-lukisan yang ada, dan tante cindy tidak bosan menjelaskan arti dari lukisan-lukisan tersebut. Tante Cindy ternyata memiliki kecintaan tinggi terhadap seni lukis.

''Ok deh. Kalo begitu Bernapas mau pamit pulang dulu tante. Dah Hampir jam 11 malam. Tante istirahat aja dulu yah.'' kataku
''Ehmmm... tinggal dulu aja di sini. Tante juga masih belum ngantuk. Temani tante bentar yah.'' mintanya sedikit memohon.

aku juga merasa kasihan dengan keadaan tante Cindy yang tringgal sendiri di apartemen itu. Jadi aku memutuskan untuk tinggal 1 atau 2 jam lagi, sampai nanti tante Cindy ingin tidur.

''Kita main Poker Yuk ?!'' Ajak Tante Cindy
''Apa itu Poker?! tanyaku penarsaran."
''Walah kamu ngga pernah main Poker yah?!'' tanya tante Cindy. aku hanya menggeleng-gelengkan canda.

Tante Cindy masuk ke kamarnya lagi untuk membawa kartu Poker, dan kemudian masuk ke dapur untuk mempersiapkan hidangan bersama minuman. Tante Cindy membawa kacang mente asin,
segelas Wine Merah, dan 1 Gelas Hennessy V.S.O.P on Rock . Setelah mengajari aku Cara bermain Poker, kamipun mulai bermain-main santai sambil makan kacang mente. Hennesy yang ku teguk benar-benar keras, dan baru 2 atau 3 teguk badanku terasa panas sekali. aku biasanya hanya di kasih 1 sisip saja oleh ayah. tapi ini skrg aku minum sendirian bersama Tante Cindy.

Kepalaku terasa berat, dan mukaku panas. melihat kejadian ini, tante Cindy menjadi tertawa, dan mengatakan bahwa aku ga bakat Jadi peminum. Terang aja, ini baru pertama kalinya aku minum 1 gelas Hennessy Sendirian.

''Tante, anterin Bernas pulang yah. kepala ogut rada berat.''
''Kalo gitu stop minum dulu, biar ngga tambah pusing.'' jawab tante Cindy

Aku Merasa tante Cindy berusaha mencegahku pulang ke rumah. tapi lagi lagi aku sperti sapi dicucuk hidungnya, tante Cindy minta, aku selalui menyetujuinya. Melihat tingkahku yang suka menurut, tante Cindy mulai terlihat lebih berani lagi, Dia mengajakku main kartu biasa saja, karena bermain Poker kurang seru kalau hanya berdua. paling tepat untuk bermain Poker itu berempat

Tapi permainan kartu ini menjadi lebih seru lagi. Tante mengajak bermain Blackjack, siapa yang kalah harus menuruti permintaan pemenang. tapi kemudian tante Cindy ralat menjadi ''Truth & Dare'' agar dia bisa lebih leluasa mengerjaiku. Dari yang disuruh pushup 1 tangan, menari balerina, menelan es batu seukuran bakso, dan lain-lain mungkin juga tidak ada pointnya buat tante Cindy  menanyakan the ''Truth'' tentang diriku, karena kehidupanku terluhat lurus-lurus saja menurutnya.

ini adalah juga kesempatan untuk menggali the 'Truth' tentang kehidupan pribadinya. aku pun juga heran kenapa aku menjadi tertarik untuk mencari tahu kehidupannya yang sanggat pribadi.
Mula-mula aku bertanya tentang mantan tunangannya, kenapa sampai batal pernikahannya. sampai pertanyaan yang menjurus ke seks seperti misalnya kapan pertama kali dia kehilangan keperawanan. semuanya tanpa ragu-ragu tante Cindy jawab semua pertanyaan-pertanyaan pribadi yang aku lontarkan.

Kini permainan kami semakin Wild dan berani. Tante Cindy mengusulkan untuk mengkombinasikan 'Truth &
Dare' dengan 'Strip Poker' . aku pun semakin bergairah dan menyetujui saja usul tante Cindy.

''Yee, tante menang lagi. Ayo lepas satu yang menempel di badan kamu. '' kata tante Cindy dengan senyum
''Jandan gembira dulu tante, nanti giliran tante yang kalah. jangan nangis loh yah kalo kalah.''
jawabku sambil melapas kaus kaki.

selang beberapa lama... ''Nah, Kala lagi... Lepas lagi ... Lepas lagi. '' . Tante Cindy kelihatan gembira sekali. kemudian aku melepas kalung emas pemberian ibu yang aku kenakan.''

''Ha ha ha ... Two pairs, punya tante one Pair. Yes yes ... tante kalah sekarang. ayo lepas lepas ...'' candaku sambil tertawa gembira. dan tante GALAU .
''Jangan gembira dulu. tante lepas anting tante.'' jawab tante sambil Galau melepas anting anting nya

Aku makin bernabsu untuk bermain. mungkin bernabsu untuk melihat tante Cindy bugil juga. aku pengen sekali menang terus.

''Full house ... Yeahhh ... kalah lagi tante. Ayo lepas ... ayo lepas ...''.Aku kini menari nari gembira
terlihat tante Cindy meleaps jepit rambut merahnya, dan aku segera saja protes '' Loh curang kok lepas yang itu.? ''Loh, kan peraturannya lepas semuanya yang menempel di tubuh. jepit tante kan nempel di rambut dan rambut tante melekat di kepala. jadi masih dianggap menempel dong. ''Jawabnnya membela.

Aku rada gondok mendengar pembelaan tante Cindy. Tapi itu menjadikan darahku bergejolak lebih deras lagi

''Straight ... Bernas ... One Pair ... Yes tante menang. Ayo Lepas! jangan malu-malu!'' seru tante Cindy girang. aku pun segera melepas jaket aku yang kenakan. untung aku selalu memakai jaket tipis biar  keluar malam. lihatlah pembalasanku, kataku dalam hati.

''Bernas Three kind ... tante ... one pair ... ahhh ... lagi lagi tante kala'' sindirku sambil tersenyum. Dan tanpa diberi aba-aba dan tanpa malu-malu, tante melepas baju atasannya. Aku serentak menelan ludah, karena baju atasan tante telah terlepas dan kini yang terlihat hanya BH putih tante. Belahan payudaranya terlihat jelas, putih bersih. Bernas junior dengan serentak langsung menegang, dan kedua mataku terpaku di daerah belahan dadanya.

''Hey, lihat kartu dong. jangan liat di sini.'' canda tante sambil menunjuk belahan dadanya. aku kaget sambil tersenyum malu.

''Yes Full House, kali ini tante menang. ayo buka... Buka'' ... tampak tante Cindy girang banget bisa dia menang. kali ini aku lepas atasanku, dan kini aku telanjang dada.
''Ck ck ck ... pemain basket nih. badan kekar dan hebat. Coba buktikan kalo hokinya juga hebat.'' sindir tante  Cindy sambil tersenyum.
setelah menegak habis Wine yang ada di gelasnya, tante Cindy kemudian beranjak dari tempat duduknya menuju ke dapur dengan keadaan dada tengah telanjang. Tak lama kemudian tante Cindy membawa sebotol Wine merah yang masih 3/4  penuh dan sebotol V.S.O.P. yang masih 1/2 penuh.
''Mari kita bergembira malam ini.Minum sepuas-puasnya'' ucap Tante Cindy kami saling ber-Tos Ria dan kemudian melanjutkan permainan Strip poker kami.

''Yesss ... '' seruku dengan girangnya pertanda aku menang lagi.
tanpa disuruh, tante Cindy melepas rok mininya dan aduhaiii, kali ini tante Cindy hanya terlihat mengenakan BH dan celana dalam saja. Malam itu dia mengenakan celana dalam yang kecil imut bewarna Biru Langit. Tidak tampak ada bulu-bulu  pubis disekitar selangkangannya. Aku sempat berpikir apakah tante cindy mencukur semua bulu bulu pubisnya.

Muka tante Cindy sedikit memerah. kulihat tante Cindy sudah meneguk abis gelas Winenya yang kedua.
apakah dia berniat untuk mabuk malam ini ? aku kurang sedikit perduli dengan hal itu. aku hanya bernafsu untuk memenagkan permainan strip poker ini, agar aku bisa melihat tubuh terlanjang tante cindy

''Yes, yes, yes ...'' senyum kemenanggan terlukis indah di wajahku

Tante Cindy kemudian memandangkan wajahku selang beberapa saat, dan berkata dengan nada genitnya ''sekarang bernas tahan napas yah. jangan sampai seperti kesetrum listrik loh''. kali ini tante cindy melepaskan BH nya dan serentak jantungku ingin copot. benar apa kata tante Cindy, aku seperti kena setrum listrik bertegangan tinggi. dadaku sesak, sulit bernapas, dan jantungku berdetak kencang. inilah pertama kali aku melihat payudara tante cindy secara jelas di depan mata. payudara tante Cindy sungguh  indah  dengan putingnya yang berwarna coklat muda menantang.

''Aih Bernas, ngapain liat susu tante terus. Tante masih belum kalah total. mau lanjut ngga?'' tanya tante Cindy. Aku hanya bisa menganggukkan kepala pertanda 'iya'.
"pertama kali liat susuk cewek yah ? ketahuan nih. Dasar genit kamu.'' tambah tante Cindy lagi. aku sekali lagi hanya bisa mengangguk malu.

Aku jadi tidak berkonsentrasi bermain, mataku sering kali melirik kedua payudaranya dan selangkangannya. aku penasaran sekali ada apa di balik celana dalam biru langitnya itu. tempat di mana menurut teman-teman sekolah adalah surga dunia para lelaki. aku ingin sekali melihat bentuknya dan kalo bisa memegang atau meraba- raba.

akibat tidak berkonsentrasi bermain, kali ini aku yang kalah. dan tante Cindy meminta aku melepas celana yang aku kenakan. kini aku telanjang dada dengan hanya mengenakan celana dalam saja. tante Cindy hanya tersenyum-senyum  saja sambil meneguk Winenya lagi. aku sengaja menolak tawaran tante Cindy untuk menegak V.S.O.P nya dengan alasan takut pusing lagi.

karena kami berdua hanya tinggal 1 hela saja di tubuh kami, permainan kali ini ada finalnya. babak penentuan apakah tante Cindy akan melihat aku telanjang bulat atau sebaliknya. aku berharap malam itu malaikat keberuntungan berpihak kepadaku.

ternyata harapanku sirna, karena ternyata malaikat keberuntungan berpihak kepada tante Cindy. aku kecewa sekali, dan wajah kekecewaanku terbaca jelas oleh tante Cindy. sewaktu aku akan melepas celana dalamku dengan malu-malu, tiba-tiba tante Cindy mencegahnya.
''Tunggu Bernas. Tante ngga mau celana dalam mu dulu. Tante mau Dare Bernas dulu. Ngga seru kalo gamenya cepat habis kayak begini'' katqa tante Cindy
stelah meneguk Winenya lagi, tante Cindy terdiam sejenak kemudian tersenyum genit, senyum genitnya ini lebih menantang daripada yang sebelumnya.
''Tante Dare Bernas untu ... hmmm ... cium bibir tante sekarang.'' tantang tante Cindy.
''Ahh, yang benar tante?'' tanyaku
"iya bener, kenapa ngga mau ? jijik ama tante?'' tanya tante Cindy
''Bukan karena itu. Tapi ...Bernas belum pernah soalnya.'' jawabku malu malu
''Iya udah, kalo gitu cium tante dong. sekalian pelajaran pertama buat bernas kata tante Cindy.

Tanpa berpikir ulang, aku mulai mendekatkan wajahku ke wajah tante Cindy Tante Cindy kemudian memejamkan matanya. Pertamanya aku hanya menempelkan bibirku ke bibir tante Cindy. Tante Ani diam sebentar, tak lama kemudian bibirnya mulai melumat-lumat bibirku perlahan-lahan. Aku mulai merasakan bibirku mulai basah oleh air liur tante Cindy. Bau wine merah sempat tercium di hidungku.

Aku pun tidak mau kalah, aku berusaha menandinginya dengan membalas lumatan bibir tante Cindy. Maklum ini baru pertama, jadi aku terkesan seperti anak kecil yang sedang melumat-lumat ice cream. Selang beberapa saat, aku kaget dengan tingkah baru tante Cindy. Tante Cindy dengan serentak menjulurkan lidahnya masuk ke dalam mulutku. Anehnya aku tidak merasa jijik sama sekali, malah senang dibuatnya. Aku temukan lidahku dengan lidah tante Cindy, dan kini lidah kami kemudian saling berperang di dalam mulutku dan terkadang pula di dalam mulut tante Cindy.

Kami saling berciuman bibir dan lidah kurang lebih 5 menit lamanya. Nafasku sudah tak karuan, dah kupingku panas dibuatnya. Tante Cindy seakan-akan menikmati betul ciuman ini. Nafas tante Cindy pun masih teratur, tidak ada tanda sedikitpun kalau dia tersangsang.
“Sudah cukup dulu. Ayo kita sambung lagi pokernya” ajak tante Cindy.
Aku pun mulai mengocok kartunya, dan pikiranku masih terbayang saat kita berciuman. Aku ingin sekali lagi mencium bibir lembutnya. Kali ini aku menang, dan terang saja aku meminta jatah sekali lagi berciuman dengannya. Tante Cindy menurut saja dengan permintaanku ini, dan kami pun saling berciuman lagi. Tapi kali ini hanya sekitar 2 atau 3 menit saja.

“Udah ah, jangan ciuman terus dong. Ntar Bernas bosan ama tante.” candanya.
“Masih belon bosan tante. Ternyata asyik juga yah ciuman.” jawabku.
“Kalo ciuman terus kurang asyik, kalo mau sih …” seru tante Cindy kemudian terputus. Kalimat tante Cindy ini masih menggantung bagiku, seakan-akan dia ingin mengatakan sesuatu yang menurutku sangat penting. Aku terbayang-bayang untuk bermain ‘gila’ dengan tante Cindy malam itu.
Aku semakin berani dan menjadi sedikit tidak tau diri. Aku punya perasaan kalo tante Cindy sengaja untuk mengalah dalam bermain poker malam itu. Terang aja aku menang lagi kali ini. Aku sudah terburu oleh napsuku sendiri, dan aku sangat memanfaatkan situasi yang sedang berlangsung.

“Bernas menang lagi tuh. Jangan minta ciuman lagi yah. Yang lain dong …” sambut tante Cindy sambil menggoda.
“Hmm … apa yah.” pikirku sejenak.
“Gini aja, Bernas pengen emut-emut susu tante Cindy.” jawabku tidak tau malu.
Ternyata wajah tante Cindy tidak tampak kaget atau marah, malah balik tersenyum kepadaku sambil berkata “Sudah tante tebak apa yang ada di dalam pikiran kamu, Bernas.”.
“Boleh kan tante?!” tanyaku penasaran. Tante Cindy hanya mengangguk pertanda setuju.

Kemudian aku dekatkan wajahku ke payudara sebelah kanan tante Cindy. Bau parfum harum yang menempel di tubuhnya tercium jelas di hidungku. Tanpa ragu-ragu aku mulai mengulum puting susu tante Cindy dengan lembut. Kedua telapak tanganku berpijak mantap di atas karpet ruang tamu tante Cindy,  memberikan fondasi kuat agar wajahku tetap bebas menelusuri payudara tante Cindy.
AKu kulum bergantian puting kanan dan puting kiri-nya. Kuluman yang tante Cindy dapatkan dariku memberikan sensasi terhadap tubuh tante Cindy. Dia tampak menikmati setiap hisapan-hisapan dan jilatan-jilatan di puting susu-nya. Nafas tante Cindy perlahan-lahan semakin memburu, dan terdengar desahan dari mulutnya. Kini aku bisa memastikan bahwa tante Cindy saat ini sedang terangsang atau istilah modern-nya ‘horny’.
“Bernasss … kamu nakal banget sih! … haahhh … Tante kamu apain?” bisik tante Cindy dengan nada terputus-putus.

 Aku tidak mengubris kata-kata tante Cindy, tapi malah semakin bersemangat memainkan kedua puting susunya. Tante Cindy tidak memberikan perlawanan sedikitpun, malah seolah-olah seperti memberikan lampu hijau kepadaku untuk melakukan hal-hal yang tidak senonoh terhadap dirinya.
Aku mencoba mendorong tubuh tante Cindy perlahan-lahan agar dia terbaring di atas karpet. Ternyata tante Cindy tidak menahan/menolak, bahkan tante Cindy hanya pasrah saja. Setelah tubuhnya terbaring di atas karpet, aku menghentikan serangan gerilyaku terhadap payudara tante Cindy. Aku perlahan-lahan menciumi leher tante Cindy, dan oh my, wangi betul leher tante Cindy. Tante Cindy memejamkan kedua matanya, dan tidak berhenti-hentinya mendesah. Aku jilat lembut kedua telinganya, memberikan sensasi dan getaran yang berbeda terhadap tubuhnya. Aku tidak mengerti mengapa malam itu aku seakan-akan tau apa yang harus aku lakukan, padahal ini baru pertama kali seumur hidupku menghadapi suasana seperti ini.
Kemudian aku melandaskan kembali bibirku di atas bibir tante Cindy, dan kami kembali berciuman mesra sambil berperang lidah di dalam mulutku dan terkadang di dalam mulut tante Cindy. Tanganku tidak tinggal diam. Telapak tangan kiriku menjadi bantal untuk kepala belakang tante Cindy, sedangkan tangan kananku meremas-remas payudara kiri tante Cindy,

Tubuh tante Cindy seperti cacing kepanasan. Nafasnya terengah-engah, dan dia tidak berkonsentrasi lagi berciuman denganku. Tanpa diberi komando, tante Cindy tiba-tiba melepas celana dalamnya sendiri. Mungkin saking ‘horny’-nya, otak tante Cindy memberikan instinct bawah sadar kepadanya untuk segera melepas celana dalamnya.
Aku ingin sekali melihat kemaluan tante Cindy saat itu, namun tante Cindy tiba-tiba menarik tangan kananku untuk mendarat di kemaluannya.

“Alamak …”, pikirku kaget. Ternyata kemaluan/memek tante Cindy mulus sekali. Ternyata semua bulu jembut tante Cindy dicukur abis olehnya. Dia menuntun jari tengahku untuk memainkan daging mungil yang menonjol di memeknya. Para pembaca pasti tau nama daging mungil ini yang aku maksudkan itu. Secara umum daging mungil itu dinamakan biji etil atau biji etel atau itil saja. Aku putar-putar itil tante Cindy berotasi searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam. Kini memek tante Cindy mulai basah dan licin.

“Bernasss … kamu yah … aaahhhh … kok berani ama tante?” tanya tante cindy terengah-engah.
“Kan tante yang suruh tangan Bernas ke sini?” jawabku.
“Masa sihhh … tante lupa … aahhh Bernasss … Bernasss … kamu kok nakal?” tanya tante Cindy lagi.
“Nakal tapi tante bakal suka kan?” candaku gemas dengan tingkah tante Cindy.
“Iyaaa … nakalin tante pleasee …” suara tante Cindy mulai serak-serak basah.
Aku tetap memainkan itil tante Cindy, dan ini membuatnya semakin menggeliat hebat. Tak lama kemudian tante Cindy menjerit kencang seakaan-akan terjadi gempa bumi saja. Tubuhnya mengejang dan kuku-kuku jarinya sempat mencakar bahuku. Untung saja tante Cindy bukan tipe wanita yang suka merawat kuku panjang, jadi cakaran tante Cindy tidak sakit buatku.

“Bernasss … tante datangggg uhhh oohhh …” erang tante Cindy. Aku yang masih hijau waktu itu kurang mengerti apa arti kata ‘datang’ waktu itu. Yang pasti setelah mengatakan kalimat itu, tubuh tante Cindy lemas dan nafasnya terengah-engah.

Dengan tanpa di beri aba-aba, aku lepas celana dalamku yang masih saja menempel. Aku sudah lupa sejak kapan batang penisku tegak. Aku siap menikmati tubuh tante Cindy, tapi sedikit ragu, karena takut akan ditolak oleh tante Cindy. Keragu-raguanku ini terbaca oleh tante Cindy. Dengan lembutnya tante Cindy  berkata, “Bernas, kalo pengen tidurin tante, mendingan cepetan deh, sebelon gairah tante habis. Tuh liat kontol Bernas dah tegak kayak besi. Sini tante pegang apa dah panas.”.
Aku berusaha mengambil posisi diatas tubuh tante. Gaya bercinta traditional. Perlahan-lahan kuarahkan batang penisku ke mulut vagina tante Cindy, dan kucoba dorong penisku perlahan-lahan. Ternyata tidak sulit menembus pintu kenikmatan milik tante Cindy. Selain mungkin karena basahnya dinding-dinding memek tante Cindy yang memuluskan jalan masuk penisku, juga karena mungkin sudah beberapa batang penis yang telah masuk di dalam sana.

“Uhhh … ohhh … Bernasss … ahhh …” desah tante Cindy.
Aku coba mengocok-kocok memek tante Cindy dengan penisku dengan memaju-mundurkan pinggulku. Tante Cindy terlihat semakin ‘horny’, dan mendesah tak karuan.
“Bernasss … Bernasss … aduhhh Bernasss … geliiii tante … uhhh … ohhhh …” desah tante Cindy.
Di saat aku sedang asyik memacu tubuh tante Cindy, tiba-tiba aku disadarkan oleh permintaan tante Cindy, sehingga aku berhenti sejenak.
“Bernasss … kamu dah mau keluar belum … ” tanya tante Cindy.
“Belon sih tante … mungkin beberapa saat lagi … ” jawabku serius.
“Nanti dikeluarin di luar yah, jangan di dalam. Tante mungkin lagi subur sekarang, dan tante lupa suruh kamu pake pengaman. Lagian tante ngga punya stock pengaman sekarang. Jadi jangan dikeluarin di dalam yah.” pinta tante Cindy.
“Beres tante.” jawabku.
“Ok deh … sekarang jangan diam … goyangin lagi dong …” canda tante Cindy genit.

Tanpa menunda banyak waktu lagi, aku lanjutkan kembali permainan kami. Aku bisa merasakan memek tante Cindy semakin basah saja, dan aku pun bisa melihat bercak-bercak lendir putih di sekitar bulu jembutku.

Aku mulai berkeringat di punggung belakangku. Muka dan telingaku panas. Tante Cindy pun juga sama. Suara erangan dan desahan-nya makin terdengar panas saja di telingaku. Aku tidak menyadari bahwa aku sudah berpacu dengan tante Ani 20 menit lama-nya. Tanda-tanda akan adanya sesuatu yang bakalan keluar dari penisku semakin mendekat saja.
“Bernasss … ampunnn Bernasss … kontolnya kok kayak besi aja … ngga ada lemasnya dari tadi … tante geliii banget nihhh …” kata tante Cindy.
“Tante … Bernasss dah sampai ujung nih …” kataku sambil mempercepat goyangan pinggulku.
Puting tante Cindy semakin terlihat mencuat menantang, dan kedua payudara pun terlihat mengeras. Aku mendekatkan wajahku ke wajah tante Cindy, dan bibir kami saling berciuman. Aku julur-julurkan lidahku ke dalam mulutnya, dan lidah kami saling berperang di dalam. Posisi bercinta kami tidak berubah sejak tadi. Posisiku tetap di atas tubuh tante Cindy.
Aku percepat kocokan penisku di dalam memek tante Cindy. Tante Cindy sudah menjerit-jerit dan meracau tak karuan saja.
“Bernasss … tante datangggg … uhhh … ahhhhhh …” jerit tante Cindy sambil memeluk erat tubuhku. Ini pertanda tante Cindy telah ‘orgasme’.
Aku pun juga sama, lahar panas dari dalam penisku sudah siap akan menyembur keluar. Aku masih ingat pesan tante Cindy agar spermaku dilepas keluar dari memek tante Cindy.
“Tante … Bernassss datangggg …” jeritku panik. Kutarik penisku dari dalam memek tante Cindy, dan penisku memuncratkan spermanya di perut tante Cindy. Saking kencangnya, semburan spermaku sampai di dada dan leher tante Cindy.
“Ahhh … ahhhh … ahhhh …” suara jeritan kepuasanku.
“Idihhh … kamu kecil-kecil tapi spermanya banyak bangettt sih …” canda tante Cindy. Aku hanya tersenyum saja. Aku tidak sempat mengomentari candaan tante Cindy.
Setelah semua sperma telah tumpah keluar, aku merebahkan tubuhku di samping tubuh tante Cindy. Kepalaku masih teriang-iang dan nafasku masih belum stabil. Mataku melihat ke langit-langit apartment tante Cindy. Aku baru saja menikmati yang namanya surga dunia.

Tante Cindy kemudian memelukku manja dengan posisi kepalanya di atas dadaku. Bau harum rambutku tercium oleh hidungku.
“Bernas puas ngga?” tanya tante Cindy.
“Bukan puas lagi tante … tapi Bernas seperti baru saja masuk ke surga” jawabku.
“Emang memek tante surga yah?” canda tante Cindy.
“Boleh dikata demikian.” jawabku percaya diri.
“Kalo tante puas ngga?” tanyaku penasaran.
“Hmmm … coba kamu pikir sendiri aja … yang pasti memek tante sekarang ini masih berdenyut-denyut rasanya. Diapain emang ama Bernas?” tanya tante Cindy manja.
“Anuu … Bernas kasih si Bernas Junior … tuh tante liat jembut Bernas banyak bercak-bercak lendir. Itu punya dari memek tante tuh. Banjir keluar tadi.” kataku.
“Idihhh … mana mungkin …” bela tante Cindy sambil mencubit penisku yang sudah mulai loyo.
“Bernas sering-sering datang ke rumah tante aja. Nanti kita main poker lagi. Mau kan?” pinta tante Cindy.
“Sippp tante.” jawabku serentak girang.

Malam itu aku nginap di rumah tante Cindy. Keesokan harinya aku langsung pulang ke rumah. Aku sempat minta jatah 1 kali lagi dengan tante Cindy, namum ajakanku ditolak halus olehnya karena alasan dia ada janji dengan teman-temannya.

Sejak saat itu aku menjadi teman seks gelap tante Cindy tanpa sepengetahuan orang lain terutama ayah dan ibu. Tante Cindy senang bercinta yang bervariasi dan dengan lokasi yang bervariasi pula selain apartementnya sendiri. Kadang bermain di mobilnya, di motel kilat yang hitungan charge-nya per jam, di ruang VIP spa kecantikan ibuku (ini aku berusaha keras untuk menyelinap agar tidak diketahui oleh para pegawai di sana). Tante Cindy sangat menyukai dan menikmati seks. Menurut tante Cindy seks dapat membuatnya merasa enak secara jasmani dan rohani, belum lagi seks yang teratur sangatlah baik untuk kesehatan. Dia pernah menceritakan kepadaku tentang rahasia awet muda bintang film Hollywood tersohor bernama Elizabeth Taylor, yah jawabannya hanya singkat saja yaitu seks dan diet yang teratur.
Tante Cindy paling suka ‘bermain’ tanpa kondom. Tapi dia pun juga tidak ingin memakai sistem pil sebagai alat kontrasepsi karena dia sempat alergi saat pertama mencoba minum pil kontrasepsi.

Jadi di saat subur, aku diharuskan memakai kondom. Di saat setelah selesai masa menstruasinya, ini adalah saat di mana kondom boleh dilupakan untuk sementara dulu dan aku bisa sepuasnya berejakulasi di dalam memeknya. Apabila di saat subur dan aku/tante Cindy lupa menyetok kondom, kita masih saja nekat bermain tanpa kondom dengan berejakulasi di luar (meskipun ini rawan kehamilannya tinggi juga).
Hubungan gelap ini sempat berjalan hampir 4 tahun lamanya. Aku sempat memiliki perasaan cinta terhadap tante Cindy. Maklum aku masih tergolong remaja/pemuda yang gampang terbawa emosi. Namun tante Cindy menolaknya dengan halus karena apabila hubunganku dan tante Cindy bertambah serius, banyak pihak luar yang akan mencaci-maki atau mengutuk kami. Tante Cindy sempat menjauhkan diri setelah aku mengatakan cinta padanya sampai aku benar-benar ‘move on’ dari-nya. Aku lumayan patah hati waktu itu (hampir 1.5 tahun), tapi aku masih memiliki akal sehat yang mengontrol perasaan sakit hatiku. Saat itu pula aku cuti ‘bermain’ dengan tante Cindy.

Saat ini aku masih berhubungan baik dengan tante Cindy. Kami kadang-kadang menyempatkan diri untuk ‘bermain’ 2 minggu sekali atau kadang-kadang 1 bulan sekali. Tergantung dari mood kami masing-masing. Tante Cindy sampai sekarang masih single. Aku untuk sementara ini juga masih single. Aku putus dengan pacarku sekitar 6 bulan yang lalu. Sejak putus dengan pacarku, tante Cindy sempat menjadi pelarianku, terutama pelarian seks. Sebenarnya ini tidak benar dan kasihan tante Cindy, namun tante Cindy seperti mengerti tingkah laku lelaki yang sedang patah hati pasti akan mencari seorang pelarian. Jadi tante Cindy tidak pernah merasa bahwa dia adalah pelarianku, tapi sebagai seorang teman yang ingin membantu meringkankan beban perasaan temannya.





No comments:

Post a Comment